Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2022

FIKSI - Sajak: Baiknya Pejabat Kita

 Baiknya Pejabat Kita Duh, baiknya pejabat kita Benar-benar wakil rakyat Kau ingin punya uang, mobil, hingga tanah? Sudah mereka wakili milik tanpa banyak kata Tak umbar kaya sampai dituduh korupsi oleh massa Kau pernah imipikan pelesir keliling dunia juga? Pun mereka wakili sampai kejar-kejaran dengan KPK Kau juga mau mengeluh lelah bekerja memperkaya negara? Sudah mereka wakili tidur pula di rapat-rapat daerah Wahai.. benar-benar wakil rakyat yang mewakili segala Duh, memang baik pejabat kita Kalau kau teriakkan ‘koruptor’ biar saja Karena memang itu profesinya Salahkan saja yang mengaku pemberantas mereka Takut gentar abai dengan tugasnya Kalau kau tetap tak suka, biar saja Karena kalian yang gencar teriakkan ‘anti korupsi’ Saat belum memangku kekuasaan itu sendiri Justru jadi yang paling rajin mencuri Saat kursi kekuasaan sudah diduduki

FIKSI - Sajak: Satu Negeri

Satu Negeri Kuberi tahu satu negeri indah Gemah ripah tempatnya Ragam budaya tak dapat dikira Penduduknya gemar menyebar tawa Kuberi tahu satu negeri gila Tikus berdasi di mana-mana Bangsa asing menggerogoti dibiarkannya Saling berselisih kebiasannya Kuberi tahu satu rahasia Yang tadi bukanlah tempat berbeda Memang kontras dalam satu wilayah Itulah, Indonesia Katanya memang negeri kaya Tapi tak bisa mengelola Katanya ramah-tamah Tapi masih suka berselisih daerah Kau jangan coba pergi ke sana Karena para tua hanya berpangku asa Sedang yang muda gemar berkeluh kesah Bias-bisa kau ikut gila

FIKSI - Sajak: Puisi Tanah

Puisi Tanah   Duhai manusia  Insan paling berkuasa  Tak lelahkah mengejar asa  Tanah yang kau pijak ingin bicara  Hutan luas sebuangan mata  Biar dilahap si jago merah  Asal menggunung pundian dana  Hakikat alam seakan dilupa  Jilatan api yang mengangkasa  Langit biru yang terbungkus jelaga  Serta rintihan sendu para satwa  Apa tak cukup bangkitkan logika  Jika rusak sudah alam kita  Isi kantungmu tak lagi berharga  Kala hidupmu mulai nestapa  Jangan berani kau tanyakan mengapa  Wahai yang mengaku khalifah  Pengelola yang lupa batasannya  Apa perlu datangkan bencana  Agar waras kalian semua

FIKSI - Cerpen: "Merah Putih dan Kami"

  MERAH-PUTIH DAN KAMI Halo, rek! Dalam rangka memperingati hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November ini, berikut sebuah cerpen sejarah yang diilhami dari peristiwa perobekan bendera di hotel Yamato yang sangat ikonik di kota Surabaya. Kota yang juga sangat erat dengan kisah para pahlawan dan pejuang di dalamnya. Selamat membaca!

FIKSI - Sajak: Punya

Punya  Teman,  Kalau langit punya awan,  Maka aku punya kalian.  Kalau laut punya gelombang,  Maka aku punya kalian.  Kalau tanah punya hujan,  Maka aku punya kalian.  Kalau mawar punya belukar,  Maka aku punya kalian.

FIKSI - Sajak: Ada Yang Tiada

   Ada Yang Tiada Ada yang jatuh  Tapi bukan hujan  Ada yang mekar  Tapi bukan mawar  Ada yang bersemi  Tapi bukan pohon ceri  Ada yang bertalu  Tapi bukan penabuh  Ada yang bertepuk  Tapi bukan telapak  Ada yang pecah  Tapi bukan kaca  Ada yang hancur  Tapi bukan telur  Ada yang linu  Tapi bukan tubuh  Ada yang tak bisa dikata  Hanya dirasa  Ada yang tak dapat diungkap  Hanya lewat tatap  Ada yang tak bisa dilupa  Hanya menyiksa  Ada yang mencinta  Tapi hanya meluka

FIKSI - Cerpen: Sepucuk Surat untuk Teman

Sepucuk Surat untuk Teman Kemayoran – Jakarta Kepada perempuan yang mengisi hari-hariku di Jakarta.      Hai, apa kabar teman? Semoga kamu selalu baik di sana.      Mungkin sejak menerima dan membaca namaku di baris pengirim, dahimu sudah berkernyit bingung. Atau bahkan senyuman menyebalkan sedang terkembang di wajahmu, seperti biasa saat kamu menggodaku. Aku jarang bicara lebar. Sedang kamu juga sering memarahiku karena tidak membalas pesanmu di telepon. Jadi, sekalian saja ku tulis surat ini. Sebagai tempat untuk kutuangkan segala kesah. Untuk kamu, temanku yang berharga sejak kecil.      Aku tahu kamu tidak suka membaca. Apalagi sampai berlembar-lembar seperti rangkuman materi biologi dari bu Erni saat kita SMA dulu. Karena itu, kutuliskan perihal 3 hal saja untuk kamu baca.      Pertama, kabarku cukup baik, teman. Di sini sedang musim gugur. Cuacanya lebih sering dingin dan mendung. Namun, aku tidak perlu cemas ...

FIKSI - Sajak: Merayu Sang Waktu

 Merayu Sang Waktu Aduhai, waktu  Kau bagai kuda pacu  Bertalu-talu  Terus melaju  Tak kenal tunggu Aku ini kaku  Juga acuh  Tapi kau tetap memburu  Cipta belenggu  Membuat keluh  Diamlah dulu,  Di situ,  Sejenak membeku  Masuk ketumbu  Karena aku,  Jua ingin berhalu  Lepas gerutu  Agar tak jemu  Agar tak kuyu

FIKSI - Cerpen: Waktu Petang Seperti Biasa

 PETANG DI TERAS SEPERTI BIASA (sebuah cerpen, diilhami dari peristiwa demonstrasi kelam di negeri ini pada masa lalu)      Di selasar teras rumah bergaya klasik, seorang wanita tua terlihat duduk diam sembari memangku sebuah bingkai foto dengan erat. Pandangannya terarah lurus ke arah jalanan di depan.   Tatapannya kosong, namun setitik sorot harap tetap bisa dikenali dari lekatnya ia memandang jalan di ujung sana. Surya semakin jatuh ke barat. begitu juga, genggamannya pada bingkai tersebut ikut semakin erat di dekap. Bingkai cokelat kayu itu masih terlihat bagus. Tentu saja, karena memang telah sering diganti saat dirasa berubah usang. Namun sayang, selembar foto di dalamnya tak sama bisa tergantikannya. Banyaknya bercak kuning di sana-sini, menandakan sudah betapa tuanya potret tersebut. Di dalamnya, terlukis potret lelaki muda yang tengah berdiri gagah di depan sebuah gedung kampus. Wajahnya terlihat sumringah. Tentu saja. Siapa yang tidak senang bisa mel...